Muhammad Salahuddin

Abstract

Abstract:   Methodological debates in the study of maqā╣īd al-sharī‘ah presented several variants of polarization, as doctrinaire-normative-deductive and historical-empirical-inductive. This paper aims to probe carefully the theory of meaning the maqā╣īd al-sharī‘ah offered by Jasser Auda. It was found that Auda’s offer come from his observation on the failure of Islamic law to reconstruct the values embodied in authoritative texts (Qur’an, Sunnah) which are compatible with the social, economical, and political development of modern society. Implementation of maqā╣īd al-shari‘ah must be paralleled with maqā╣īd al-mukallaf, so that Islamic sharī‘ah in its humanist face in accordance with its mission as ra╪mah li al-‘alamīn can be realized.Abstrak:   Perdebatan metodologis dalam kajian tentang maqā╣īd al-sharī‘ah menghadirkan beberapa varian polarisasi, seperti doktriner-normatif-deduktif dan empiris-historis-induktif. Tulisan ini bertujuan untuk menelisik secara cermat teori pemaknaan maqā╣īd al-sharī‘ah yang ditawarkan oleh Jasser Auda. Ditemukan bahwa tawaran itu hadir beranjak dari kegelisahan Auda atas kegagalan hukum Islam dalam merekonstruksi nilai yang terkandung dalam teks otoritatif (Qur’an-Sunnah) yang kompatibel dengan perkembangan sosial-ekonomi-politik masyarakat modern. Implementasi maqā╣īd al-shārī‘ah harus diparalelkan dengan maqā╣īd al-mukallaf, sehingga syariah Islam dalam wajah yang humanis yang sejalan dengan misinya sebagai ra╪mah li al-‘ālamīn dapat terwujud.

Keywords

maqā╣īd al-sharī‘ah; metodologi hukum Islam; normativitas; historisitas; inklusif; humanis.