Yogyakarta – Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah mendapatkan tamu istimewa dari Kanada. Tamu istimewa itu adalah Jasser Auda, seorang pakar hukum Islam kelahiran Mesir dan juga pendiri Maqasid Institute yang berkantor pusat di London. Dalam rangkaian kunjungannya ke Indonesia, Jasser Auda berkenan untuk bersilaturahmi dan berbagi ilmu dengan para pengurus Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah. Kesempatan berharga itu tidak disia-siakan begitu saja. Bertempat di hotel Inna Garuda, Yogyakarta, siang tadi 22 Februari 2017, Jasser Auda diminta untuk mengisi kajian ketarjihan tentang Maqasid al-Syari’ah, sesuai bidang keahliannya. Tema kuliah yang disampaikan Jasser Auda dalam acara tersebut adalah Nazhariyah al-Maqasid wa Ahammiyatuha fi al-Ijtihad al-Mu’ashir (Teori Maqasid dan Urgensinya dalam Ijtihad Kontemporer).
“Jadi ini sebenarnya suatu kebetulan, Jasser Auda sedang ada di Indonesia untuk menulis buku. Karena kesibukannya yang sangat padat, beliau ingin mengisolasi diri, dan saya tidak tahu kenapa Indonesia menjadi tempat yang dipilih. Alhamdulilah, kita dapat informasi bahwa beliau akan berada di Jogja. Lalu kita minta beliau untuk hadir dalam acara Majelis Tarjih dan berbagi ilmu mengenai pakarannya tentang Maqasid al-Syari’ah,” kata Muhammad Rofiq, wakil sekretaris Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah.
Jasser Auda melihat bahwa Islam Indonesia merupakan wajah Islam modern hari ini. Menurut Jasser Auda, jika ingin melihat Islam yang terbuka dan toleran, maka Islam Indonesia dapat dijadikan contoh yang tepat.
Dr. Jasser Auda berfoto bersama pengurus Majelis Tarjih Muhammadiyah
“Indonesia adalah salah satu negara Muslim terbesar. Sekarang saya hidup di negara Barat. Ketika mereka (orang Barat) ingin melihat bagaimana Islam diaplikasikan, mereka melihat ke dunia Arab, lalu kemudian melihat ke Indonesia. Dunia Arab punya banyak masalah. Jadi menurut saya untuk melihat seperti apa Islam yang modern, maka Islam Indonesia sangat penting untuk dipertimbangkan. Saya pikir Islam di Indonesia dapat menjadi contoh bagi kita umat Islam yang lain. Karena di Indonesia, meskipun mayoritas adalah Muslim, tapi Muslim Indonesia adalah muslim yang inklusif, menghargai hak-hak dari umat lain dan mau memberikan ruang bagi mereka,” jelas Jasser Auda.
Di samping itu, ketika melihat Majelis Tarjih Muhammadiyah, Jasser Auda juga sangat terkesan dengan peran yang dijalankan lembaga ini. Terlebih ketika Jasser Auda tahu bahwa Majelis Tarjih sangat concern terhadap isu-isu kontemporer yang menjadi masalah bersama.
“Ini pertama kali saya mengikuti kegiatan yang diadakan Majelis Tarjih Muhammadiyah. Sungguh saya sangat terkesan, terutama pada bagaimana Muhammadiyah terorganisir dengan baik. Kemudian pada bagaimana Muhammadiyah memiliki referensi keislaman yang jelas. Menurut saya Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang sangat penting. Selain itu, saya juga melihat bagaimana kepengurusan di Majelis Tarjih terbangun dengan baik, terutama karena mampu memahami realita yang ada dan mencoba menyelesaikannya dengan baik. Jadi banyak kebijaksanaan yang muncul dari kepengurusan Majelis Tarjih yang saya lihat. Saya sangat bahagia karena Majelis Tarjih telah membuat karya-karya baru yang luar biasa, seperti Fikih Air, yang berbicara tentang konsep air dalam Islam. Ini menjadi penting karena saya pikir kita umat Islam perlu beralih dari konsep fikih lama (the history of fiqh) ke arah konsep fikih kontemporer. Dalam konsep fikih kontemporer inilah kita akan berbicara tentang isu-isu seperti demikian; air, korupsi, lingkungan, kebijakan politik, dan lain sebagainya. Dan Alhamdulilah hari ini saya sangat berbahagia karena bisa melihat itu ada dalam Majelis Tarjih Muhammadiyah,” ungkap Jasser Auda.